Sumber: pixabay.com
Kalian pastinya sudah pernah membeli Buah Semangka, jika belum segeralah berangkat kepasar buah dan membeli satu atau dua buah semangka. Di depan tumpukan buah semangka yang masih bulat-bulat, apa kalian sudah bisa membedakan antara buah semangka yang sudah matang dan belum matang. Jika kalian sudah bisa membedakan, berarti kalian orang yang lebih berpengalaman di dunia perbuahan dari pada saya. Kemarin waktu saya bersama istri sempat salah dalam membeli Buah Semangka. Padahal saya sudah bertanya kepada penjualnya untuk Semangka mana yang sudah matang, tapi saya tetap salah beli. Ini bukan karena penjualnya yang telah berbohong kepada kami, namun inilah kurang pengalaman kami tentang buah dan cara membeli buah yang baik dan benar.

***

Singkat cerita siang itu, saya dan istri akan sambang ke rumah saudara bersama orang tua dan keluarga lainnya. Saya dan ibu membagi tugas untuk apa saja yang akan dibawa. Karena niatnya kami kerumah saudara itu untuk berkumpul dan makan bersama, maka barang yang kami bawa juga tidak jauh dari hal-hal yang berbau makanan. Ibu menyiapkan nasi dan lauknya, sedangkan saya menyiapkan buah untuk pencuci mulut seusai makan.

Saya bersama istri memutuskan untuk membeli Buah Apel dan Semangka, karena dua buah tersebut merupakan buah dengan tinggi kandungan airnya sehingga segar jika dibuat untuk mencuci mulut, pikir kami. Sesampainya di toko buah saya sempat bingung dalam memilih Semangka.

“Yang, ini ambil yang mana semangkanya?” tanya ku sambil memilih semangka.

“Walah.... aku juga kurang paham yang kalau semangka kayak gini,” jawab istri yang juga kurang paham.

 “Ambil yang warna kuning tah, biasanya buah kan matangnya kuning,” sambil ketawa dan tambah ngawur dalam memilih buah.

“Nanti kalau belum matang gimana? Tanya bapak penjual aja lho yang lebih paham,” Istriku memberi saran.

“Oke siap, gas.” Aku menyutujui saran dari istri ku.

Perlahan saya berjalan menuju rak paling belakang, karena saya tadi lihat bapak pemilik toko duduk disana sedang sibuk memilih-milih buah.

“Pak permisi, maaf mengganggu ini saya mau tanya,” sapa ku mendekati bapak pemilik toko.

“Iya mas, ada yang bisa saya bantu?” jawab ramah.

“Ini pak, saya mau tanya mana semangka yang matang, soalnya saya kurang paham dalam memilih semangka,” sambil menunjuk rak buah yang berisi tumpukan semangka.

Bapak pemilik toko langsung berdiri dan beranjak dari tempat duduknya.

Sumber: pixabay
“Sebentar mas saya pilihkan, nah...... ini mas saya jamin ini matang merah mas,” sambil mengangkat semangka dari raknya.

“Beneran merah ini pak?” tanyaku menegaskan.

“Beneran mas, kalau gak merah sampean kembalikan wes, saya kasih garansi,” jawabnya tegas sambil meyakinkan.

“Oke pak saya beli Semangka ini 2 buah, dan Apel yang di ujung itu 1 kilo,” saya menunjuk rak Apel didekat tempat bapak tadi duduk.

Setelah membeli buah saya dan istri langsung berangkat kerumah saudara, karena yang lain sudah berangkat duluan. Dan mungkin sudah hampir sampai.

Sesampainya di rumah saudara, kami langsung menuju dapur untuk meletakkan semangka yang kami bawa. Setelah itu kami duduk di ruang tamu sambil menikmati kudapan dan secangkir kopi yang telah tersaji. Tak ketinggalan juga sepuntung nikotin menemani obrolan kami yang sudah lama tak bertemu.

Setelah sekian waktu kami ngobrol, para ibuk-ibuk menyiapkan bawaan kami tadi yaitu makanan dan buah-buahan. Menu Burung Puyuh Geprek dengan sambal andalan ibuk saya, menjadi santapan andalan saat itu. Burung Puyuh yang digoreng kering memkbuat tekstur daging semakin mudah digigit serta tulangnya yang dapat disantap juga. Pedasnya sambal geprek anadalan ibuk membuat keringat bercucuran saat menyantap. Pedas tapi nagih.  

Seusai makan, tibalah saatnya buah pencuci mulut keluar. Apel yang berwarna putih segar menjadi pilihan yang tepat saat mulut ini terbakar pedasnya sambal. Sedangkan buah Semangka yang kami beli juga berwarna merah segar dan kelihatan manis sekali. Saya ambil satu potong dan ku makan, digigitan pertama sensasi segar memang ada tapi kok rasanya gak manis sama sekali.

“Lha kok gak manis yang?” tanya ku pada istri yang juga memakan semangka disamping saya.

“Iya kok tumben semangka merah gini gak manis,” istri saya juga bingung.

Sejenak saya baru sadar.

“Asem......... tadi bapak menjual semangkanya kan bilang kalau semangka ini merah, kalau gak mertah bakal diganti,” saya menjelaskan.

“Kalau gak salah sih gitu tadi yang bapaknya bilang,” istri saya belum paham.

“Nah intinya disitu, bapak tadi bilang semangkanya merah tapi tidak bilang kalau semangkanya manis, hahahahahah........ cerdas banget penjualnya.

Sumber: pixabay
Kami pun tertawa terbahak-bahak, sambil heran kok cerdas banget penjualnya dan kami kok ya bodoh banget. Seharusnya kami juga tanya apa semangka tersebuat manis atau tidak. Bagi kawan-kawan yang belum paham tentang dunia perbuahan, hati-hatilah saat membeli buah. Saran saya mengajaklah teman yang paham, supaya tidak seperti kami.


Sebelum Setelah