Habis subuh sekitar pukul lima
pagi, satu persatu pekerja pabrik mulai berdatangan. Sedangkan aku baru saja
bangun tidur, ku lihat mereka berdiri di depan meja satpam sambil memegang
kertas putih, tanda kehadiran. Para pekerja pabrik melakukan ceklok sebagai
tanda bahwa hari itu mereka kerja atau tidak absen. Mereka adalah warga sekitar
lingkungan pabrik yang bekerja. Datang di pagi hari menjadi syarat wajib jika
ingin bekerja di pabrik yang saya gunakan sebagai tempat magang ini.
Tanpa instruksi dari mandor para
pekerja yang dibagi menjadi dua tim sudah menempati posisi kerja mereka
masing-masing. Pabrik yang terletak di kota Malang ini mengolah hasil pertanian
berupa singkong. Bahan baku yang sudah tersedia langsung di kupas untuk
memisahkan kulit luar dan kotoran. Dalam pengupasan pekerja pabrik menggunakan
pisau kupas seperti pisau kupas kentang, namun pisau kupas yang digunakan di
pabril ini berukuran agak besar. Hal tersebut karena kulit singkong memiliki
tekstur lebih keras dan tebal. Jika mencari pisau tersebut di pasaran pasti
tidak aka nada, karena pabrik ini memesan khusus ke pande besi.
Sebenarnya aku tidak ingin
menceritakan prosedur atau tahapan membuat kripik, dan tulisan ini juga bukan
laporan magang aku. Jadi mohon di maafkan jika di awal aku menjelaskan
pengupasan bahan dan juga alatnya. Tapi tulisan ini akan menyoroti bagaimana
respon para pekerja pabrik terhadap system jam kerja pada pabrik ini.
Para pekerja pabrik mulai bekerja
sekitar pukul setengah lima dan istirahat pukul setengah dua belas hingga pukul
satu sore. Pekerjaan dilanjutkan hingga pukul empat sore jika bahan habis, jika
bahan masih ada maka pekerjaan tetap di lanjutkan sampai habis. Itu bukan
bekerja lembur. Karena setiap tim pekerja di berikan jumlah bahan tertentu untuk
di kerjakan disetiap harinya.
Jika dihitung-hitung jam kerja
mereka lebih dari delapan jam, kira-kira sampai sepuluh jam. Itu jika bahan
habis, seperti yang aku bilang diawal bisa jadi nambah menjadi total mereka
kerja sebelas sampai dua belas jam setiap harinya. Dan lebihnya itu bukanlah
bagian dari lembur, karena di perusahaan ini tidak ada uang lembur.
Namun setelah aku bertanya kepada
beberapa para pekerja, mereka merasa krasan
(nyaman) kerja di industry tersebut. Hal tersebut membuat aku penasaran, kenapa
mereka senang bekerja di industry tersebut. Yang pertama di pengaruhi oleh
sikap dari pimpinan perusahaan dan juga mandor pekerja. Pimpinan perusahaan
yang selalu menggunakan bahasa jawa halus kepada pekerjanya membuat mandor dan pegawai- pegawai yang lain
bersikap saling menghormati.
Ada salah satu pekerja yang sudah
dua belas tahun dirinya mengabdikan di perusahaan tersebut merasa tetap senang
karena selama itu dia tidak pernah dimarahi oleh pemimpin atau mendor pabrik.
Sedangkan yang kedua, pabrik menyediakan makan untuk para pekerja tiga kali
dalam sehari. Tanpa batasan mau ngambil berapa pun, namun lauknya seadanya.
Sehingga para pekerja tidak usah repot- repot membawa bekal dari rumah atau
beli di warung.
Dari situ aku dapat mengambil
sebuah kesimpulan jika para pekerja tersebut mengikuti system pabrik dan tidak
ada kebutuhan yang begitu besar maka uang gaji mereka utuh dalam sebulan.
Karena dalam kebutuhan pangan mereka sudah di tanggung oleh pabrik. Mungkin itu
adalah daya tawar yang cukup menarik agar para pekerja pabrik masih krasan dan tetap mau bekerja di pabrik
tersebut.[]
/>
